Rabu, 14 Maret 2012

Pertanyaan

Akhir-akhir ini ia jadi pendiam, senyumannya memudar, sorot matanya meredup, kosong. Tak lagi banyak komentar, celetukan, atau kirtikan yang keluar dari mulutnya. Yang ia lakukan kini hanya duduk, diam, menerawang keluar lewat jendela kaca tak kala kami sedang mengborol. Entah apa isi kepalanya saat ini. Kami tak lagi jadi objek yang menarik lagi baginya, tak ada objek yang menarik lagi baginya. Hanya dia dan pikirannya.

Kami semua rindu dengan keriangannya, dengan candaannya yang walau kadang nyelekit namun menghidupkan suasana. Bahkan tak jarang kami rindu dengan provokasinya, ya dia memang suka berbuat seperti itu entah itu hanya untuk bersenang-senang atau membunuh karakter seseorang yang ia tidak sukai. Kami semua mengerti betul dengan sikap nya, kami sangat tahu akan harga dirinya yang tinggi, mimpi besarnya, mulut besarnya. Tak jarang ia selalu memanfaatkan kami, mempermaiankan emosi kami, tapi aneh kami tidak pernah merasa bermasalah dengan itu, karena kami memahaminya, memakluminya.



Namun kini tak lagi sama, kami seperti berhadapan dengan orang yang sama sekali berbeda. Mulutnya tak lagi besar, malah jarang sekali terbuka. ia membisu, beku. Ia menciptakan gunung es tinggi yang sulit kami daki, kami cairkan. Menutup dan mengunci semua pintu hati yang sama sekali tidak bisa kami ketuk dengan cara apapun, mengisolir dirinya, membuat barikade, membangun tembok berlinnya sendiri.

Lantas apakah ini semua karena kami yang membuatnya demikian?, atau pilihan nya sendiri?, apakah ini semua akibat ketidaksengajaan, ketidaktahuan, atau ketidakpekaan kami? dan apakah kami memang benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu?

Hidup tidak akan pernah sama. Detik, menit, hari, bulan, tahun, terus bergulir. Waktu menipu dan meninggalkan kita, melesat entah kemana, melipat-lipat sesuka hati. Dan apakah kita akan tetap sama? berada ditempat yang sama? manusia yang sama?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar