Selasa, 23 April 2013

Bahagia Itu...

Dulu, bahagia itu ketika...
- dikasih uang jajan lebih
- dibolehin nonton tv sampai malem
- pulang sekolah maen dingdong ke alun-alun
- nonton video klip favorit di mtv
- maen winning eleven menangan
- bisa beli kaset/ kaos band favorit meskipun kw
- pulang sekolah window shopping sama temen-temen
- disapa sama si geulis
- gunjrang gonjreng di studio rentalan
- liat persib/liverpool menang
- indomie goreng cuman 600 perak
- dapet nilai bagus dan dipuji guru matematika
- chatting pae MiRc sama bule sambil ngomong kasar
- dapet pin up pemain bola/band favorit dari majalah hai

Banyak lah...

Sekarang bahagia itu jika...
- ga kerja tapi masih tetep dapet duit
- keterima pns
- liverpool/persib juara liga
- nonton film seru di bioskop tiketnya murah
- liat you tube ga pake buffering
- tidur malem bangun siang ga ada yg ganggu
- ga perlu olah raga tapi tetep sehat

Banyak lah..
Now you see how selfish and delusional i am... :(

Jumat, 12 April 2013

Masih Seperti yang Dulu

Sore itu awal 2010, langkah saya pelan menapaki jalanan yang setiap hari saya lewati. Tidak terasa, jalan yang dulu sumpek karena banyak pemukiman kumuh kini berubah. Ruko-ruko berderet, sawah serta..Duh.. bahasa Indonesianya balong apa yah saya lupa? Kini sudah digantikan oleh alfamart dan indomart yang berdiri berdampingan. Lapangan tempat saya bermain bola pun berganti menjadi sebuah institusi pendidikan agama Islam yang katanya dibiayai Arab Saudi.

Pandangan saya menyapu setiap sudut jalan, hingga terhenti di satu spot. Di samping kantor rw 06, tertangkap oleh mata saya yang rabun sesosok makhluk ciptaan Tuhan yang sepertinya sudah tua.
Ia adalah mang... Saya tidak tau namanya :( , tukang cilok keliling, langganan saya waktu SD. Ia biasanya jualan tiap sore, berkeliling perumahan dengan sepeda ontel yang bagian belakangnya dipasangi benda yang saya juga tidak tahu namanya, tapi yang jelas untuk menyimpan cilok-ciloknya agar tetap hangat.
Maka sore itu, saya putuskan untuk jajan cilok dulu sebelum pulang.
'mang, cilok 3 rebu-eun' kata saya sambil tersenyum manis.
'eh siap cep, kamana wae jarang keliatan' katanya pada saya. Si mang cilok ingat pada saya, saya pun ingat sama mang cilok. Tapi kami berdua tak tau nama masing-masing :(
'ada mang, biasa we gini'
'habis dari mana?' kata si mang cilok kepo.
'sekolah mang' jawab saya
'oh, kelas sabaraha ayeuna?'
..........
*Tahun 2010 itu saya sudah ngajar di sekolah islam elit*
Lalu saya jawab pertanyaan tadi dengan 'hehehehe'
Saya pun mengambil bungkusan cilok itu dan segera pulang. Ternyata setelah bertahun-tahun lamanya, cilok nya masih sama, rasa, bentuk nya yang masih bulat, serta tingkat kekenyalannya sama. Masih seperti yang dulu. Hanya yang berbeda si mang ciloknya sudah bertambah tua.
***
April 2013 langkah saya masih sama, pelan. Ruko di daerah pemukiman saya makin banyak. Alfamart dan Indomart yang berdampingan masih berdiri, damai tidak gontok-gontokan, tidak seperti rumah ibadah yang sepertinya sulit untuk berdampingan. Di tengahnya kini dipisahkan oleh ruko premier dvd, tempat favorit saya dimana saya dan pelanggan lainnya selalu mendapat bonus satu dvd setiap membeli 5 dvd kw yg dijual disana.
Pandangan saya terhenti kembali,penyebabnya sama seperti 3 tahun lalu, sepeda ontel mang cilok. Saya pun menghampiri mang cilok yang sedang duduk melamun, tidak ada pembeli. Ada satu hal yang berbeda di pertemuan kami sore itu. Mang cilok sudah tidak menganggap saya siswa lagi, dia sudah menanyakan pekerjaan saya. Mungkin karena saya sudah terlihat semakin dewasa :)).  Dan saya pun kini sudah tau namanya, mang Ade. Mang Ade tinggal di blok desa beberapa ratus meter dari rumah saya. Ia sudah berjualan cilok nyaris 20 tahun lamanya, 20 tahun...! dan masih menggunakan sepeda, masih berkeliling, masih mendapat penghasilan rata-rata yang hampir sama... Yang berubah hanya raganya yang semakin menua, rambutnya yang memutih, serta usianya yang semakin banyak, waktu penyebabnya. Tapi pekerjaannya tetap sama, rutinitasnya sama. Saya yakin menjadi penjual cilok selama 2 dekade bukanlah passionnya, namun sebuah pilihan, keterpaksaan barangkali...
Pertanyaan saya, jika aku menjadi... Sanggupkah?
****
Semoga Yang Maha Kuasa menaikan derajat hamba Nya yang mau berusaha, dan menjauhkan dari keluh kesah serta kufur nikmat...