Selasa, 18 Juni 2013

Juni

Bulan Juni harus nya jadi bulan yang menyenangkan. Senang karena bulan kelahiran, senang karena akan libur panjang, senang karena banyak summer movie yang seru. Tapi tahun ini entah kenapa ada rasa enggan saat hendak memasuki bulan Juni. Perasaan enggan itu makin kuat diakhir bulan Mei. Pertanda kah?

Siang hari 8 Juni 2013 sekitar jam 1 siang, selesai shalat dzuhur (iya begini2 juga masih shalat) saya menyalakan laptop, membuka winamp, lantas memasangkan earphone. Harus menggunakan earphone karena saat itu di rumah sedang ada 2 orang pekerja yang merenovasi beberapa bagian rumah, berisik.
Mata saya nyaris terpejam gara-gara suara John Legend hingga ibu saya teriak dari lantai bawah. Banjirrr!!!


Sontak saya kaget, sampai ponsel saya terlempar. Buru-buru saya turun. Air dengan cepatnya masuk ke dalam rumah, ketika saya turun sudah mencapai lutut. 2 orang pekerja bangunan tadi sibuk menutup gerbang, percuma air sudah sangat tinggi. Di dalam rumah kami sibuk memindahkan barang-barang ke atas. Itu pun percuma. Akhirnya kami hanya bisa melihat sofa, lemari es, serta barang-barang lain mengambang dalam rumah.
Lagi Banjir gini pun sempet-sempetnya foto :(

Maka Sabtu malam itu kami habiskan dengan menguras air serta lumpur. Kejadian ini persis seperti 20 tahun lalu. Katanya pintu bendungan air di daerah kami tidak ada yang membuka, akibatnya air meluap. Ah.. Mungkin karena kami sendiri yang terlalu sering buang sampah ke situ karena malas membayar uang iuran sampah bulanan yang mahal.

***
Selasa pagi 18 Juni 2013. Saya tengah bersiap-siap untuk pergi ke acara perpisahan sekolah. Sekolah tempat kerja saya dulu. Mau silaturahim ceritanya, mau bersenda gurau sama teman-teman. Tapi. Bruakkk...!
Ada suara benda jatuh yang keras sekali. Kakak saya menjerit, saya pun langsung keluar kamar dan.. Saya lihat ibu saya terjatuh disamping tangga!
Panik. Buru-buru kami angkat beliau. Saya lihat tempurung lutut nya bergeser. Gemetar tangan saya ketika melihatnya. Kakak saya yang perempuan mulai menangis, sementara yang laki-laki dengan cepat menuju semacam pengobatan tulang alternatif. Ibu saya menolak ketika diajak ke rumah sakit.
Saya hanya diam disana, kalut. Keringat dingin meluncur deras, jantung bergetar hebat ketika saya lihat lubang menganga tempat ibu saya terjatuh. Kaki ini lemas bukan main.


Tak lama taksi datang, berempat bersama paman serta bibi saya yang tinggal disebelah pergi ke tempat pengobatan. Saya sendiri bersama kakak perempuan menunggu di rumah. Shock.
Satu jam kami menunggu, rombongan pulang. Dislokasi lutut kata nya, masih untung tidak patah. Iya, untung. Alhamdulillah.

Ibu saya yang suka cerewet kalau saya malas makan, yang suka gesit beres-beres rumah sambil ngomel kalau rumah berantakan, suka heboh sendiri kalau nonton sinetron di RCTI, sekarang beliau hanya terbaring lemah di kamar. Dan anak laki-laki terakhirnya yang tidak berguna ini hanya bisa mendoakan. Semoga semuanya kembali seperti biasa. Semoga di bulan kelahiran saya ini, Juni, saya diberikan kado yang sangat istimewa dari Yang Maha Kuasa. Kesembuhan ibu saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar