“Sudah siap sayang?” Tanya
Dodi setengah berbisik di telinga Dini seraya menuntun nya keluar dari mobil.
Dini tersenyum, melangkah keluar dengan pelan, matanya terpejam
rapat. Dodi yang menyuruh, surprise katanya. Sepanjang jalan Dini mencoba
menerka kira-kira surprise apa yang akan diberikan Dodi untuk ulang tahun
pernikahannya yang ke 11 ini. Tapi sia-sia, Dodi selalu saja memberikan
surprise yang benar-benar tak terduga. Walau ia tak pernah meminta, namun Dodi
selalu beralasan sebagai penebus waktunya yang hilang akibat kesibukannya
sebagai pengusaha yang tak mengenal jam kerja.
“Nah sekarang kamu boleh buka matanya, satu, dua, tiga..
tadaa..”
Sebuah rumah besar dengan halaman yang luas menjadi
pemandangan paling indah Dini pagi itu. Kedua anak kembarnya Farrel dan Karel
melambai-lambaikan tangan dari ayunan besar di depan rumah tersebut.
“Rumah baru kita sayang” ujar Dodi seraya mengecup kening
istrinya
Dini memeluknya erat, air matanya menetes di kerah kemeja
suaminya.
***
“Gimana suka rumahnya?”
“Suka mas, anak-anak juga suka sepertinya” kata Dini sambil
memperhatikan kedua anaknya yang asik berenang.
“Syukur kalau begitu, aku kerja keras untuk ini Din” ujar
Dodi meraih kepala Dini dan menyandarkannya ke bahunya.
“Makasih banyak mas”
Tiba-tiba suara ringtone ponsel Dodi mengagetkan mereka
berdua. Dodi beranjak meraih ponsel yang ia simpan diatas meja. Ekspresinya berubah ketika melihat nomor panggilan yang masuk. Dodi mengankat telepon dan beranjak menjauh.
“Ada apa mas?”
“Maaf sayang sepertinya aku harus pergi, ada klien”
Kata-kata yang sudah biasa Dini dengar, yang setiap kali
menginterupsi waktu nya bersama Dodi, suami yang dicintainya.
“Iya, ga apa-apa. Hati-hati yah mas”
“Iya sayang, bye”
Dodi bergegas, masih terngiang kata-kata dari perempuan di telepon tadi
Mas, Angga jatuh dari
tangga, sekarang aku di rumah sakit sentosa, nunggu mas. cepat datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar