Pernah denger atau justru dapet nasehat begini waktu kecil, "hati-hati di jalan yah, jangan ngomong sama orang yang ga dikenal, takut dihipnotis!". Don't talk to stranger bahasa enggres nya mah.
Beberapa waktu lalu teman saya kena hipnotis, uang nya hilang 800 ribu. Kasian. Saya yakin dia pasti sudah pernah dengar nasehat itu, dan bukannya mengabaikan nasehat tersebut, tapi sial itu ga bisa diprediksi.
***
Tapi kejadian yang saya alami justru bikin saya jadi mikir lagi tentang nasehat "don't talk to stranger" itu.
Senin pagi seperti biasa saya pergi kerja naik angkutan umum. Pagi-pagi sudah berangkat, takut kejebak macet. Kejebak macet sama kejebak kenangan masa lalu itu sama-sama ga enaknya. Naiklah saya ke sebuah angkot menuju daerah Ciwastra. Di dalam hanya ada 5 orang, otomatis supir angkot pun mendelay keberangkatan angkot karena kuota penumpang belum terpenuhi (bahasa nya sok keren ih. Iya)
Setelah beberapa orang anak SMA naik, berangkatlah kita. Duduk di depan saya seorang nenek yang sudah tua. Tiba-tiba sang nenek menyapa anak-anak SMA tadi. Saya tidak dengar mereka ngobrol apa karena telinga saya tengah dijejali suara Alanis Morissette dari earphone. Anak-anak SMA turun, lalu si nenek mencolek seorang ibu didepannya, mengajaknya ngobrol. Tapi yang saya lihat lebih banyak bicara adalah justru si nenek, sementara si ibu hanya manggut-manggut saja.
Si ibu turun. Saya sibuk scroll down temlen twitter, hingga akhirnya dicolek si nenek!!!.
Gila mau apa nih nenek-nenek? Jangan-jangan mau nyari target hipnotis!, atau mau minta ongkos pake modus dompetnya kecopetan! Saya pernah tuh dapet yang kaya gitu.
"mau kemana dek?" katanya dalam bahasa Sunda.
"ke Ciwastra" jawab saya sambil senyum dan masang earphone lagi. Si nenek sadar kalau saya tampaknya tidak ingin diajak bicara. Tiba-tiba duduknya bergeser, menuju seorang wanita pegawai pemda. Saya kecilkan volume lagu, ingin dengar obrolan si nenek. Aneh aja hampir semua penumpang dia sapa, ada apa-apa pasti.
Ternyata saya salah, semua penumpang angkot yg tadi sidah turun pun salah. Si nenek hanya ingin ngobrol, killing time diperjalanan menuju rumah cucu nya di Ciwastra. Cucu nya baru 6 tahun, lagi sakit katanya. Saking emosionalnya ia cerita, hingga sudut matanya basah. Sementara si ibu pemda yang diajak ngobrol hanya mengangguk-angguk malas, tak nyaman, sama seperti saya tadi.
Jadi saya pikir nasehat "don't talk to stranger" itu jadi bias. Preventif tapi malah bikin parno. Atau mungkin bukan isi nasehatnya, tapi kitanya saja yang semakin hari semakin individualistis. Semakin jarang bertegur sapa. Semakin penuh curiga. Padahal kita kan katanya makhluk sosial. Entahlah, pengaruh sinetron barangkali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar