Minggu, 25 November 2012

PeEr

Tadi siang saya ga sengaja nemu film Perancis judulnya Monsieur Lazhar. Filmnya tentang seorang imigran Aljazair yang menjadi guru pengganti di sebuah SD.
Bukan karena tanggal 25 itu hari guru nasional, terus saya sok nonton film tentang guru, enggak, ini kebetulan aja.
Jadi gini ceritanya. Sebuah SD digemparkan oleh kematian tragis gurunya yang gantung diri di kelas. Kepala sekolah yang panik, memutuskan untuk merekrut Bachir Lazhar seorang imigran Aljazair yang mengaku punya pengalaman mengajar selama 19 tahun di negara asalnya.
Bachir mengalami hari-hari yang sulit. Dia menghadapi anak-anak yang shock atas kematian tragis guru favoritnya. Selain itu ia pun menyembunyikan masalah pribadinya yang pelik.

Saya tidak akan membahas film itu terlalu banyak. Sorotan saya adalah di film tersebut Bachir dengan cara mengajarnya yang old fashion pada awalnya mengalami kesulitan. Kesulitan menghadapi perubahan kurikulum, problematika anak, bahkan hingga tuntutan orang tua yang tinggi. Hmm sounds familliar.
Ada satu adegan dimana salah satu anak berprilaku tidak sopan, dan Bachir menepuk kepala anak tersebut sambil menyuruhnya minta maaf. Si anak tersebut meminta maaaf. Tapi tak lama kemudian murid lain malah menyuruh Bachir untuk minta maaf juga sama murid yang ia tepuk tadi, hehehe...
Ya itulah yah, kekerasan dalam bentuk apa pun dilarang di sekolah apa pun alasan nya. Pernah saya baca berita kalau ada guru yang dilaporkan ke polisi gara-gara menghukum murid yang tidak mengerjakan PR. Berita lain menyebutkan ada anak yang sampai trauma ga mau masuk sekolah gara-gara rambutnya dipotong sama gurunya. Di daerah lain malah ada orang tua yang membalas mencukur rambut sang guru yang telah mencukur rambut anaknya. Spektakuler!. Silakan googling untuk cari beritanya.
Dulu waktu saya sekolah, kalau saya dimarahi atau dihukum guru terus lapor ke orang tua, hukuman saya justru malah ditambah. Guru saya pun tidak dilaporkan ke polisi.
Bukannya saya setuju bahwa untuk mendidik itu harus dengan tangan besi. Tapi coba liat anak jaman sekarang, beda, jamannya pun beda.
Senakal-nakalnya saya dan teman-teman saya dulu, kita ga berani ngejek guru di depan, kita beraninya di belakang :). Tapi anak sekarang? Right in the face!!! Boleh tanya lah sama guru-guru di sekolah. Sekali lagi beda zaman.
Jadi PR para guru adalah bagaimana caranya untuk mendidik murid untuk disiplin, punya rasa hormat, tanpa harus menggunakan kekerasan. Dan itu jadi PR besar karena sepertinya hal tersebut hanya jadi tanggung jawab sekolah dan guru. Ambil contoh ketika ada tawuran pelajar, pertanyaan yang muncul adalah, siapa sih gurunya? Pada disekolahin ga sih?. Jarang tuh yang nyorot peran orang tua atau lingkungan masyarakat :)
Sekali lagi tantangan seorang guru masa kini tuh berat. Ekspektasi orang tua tinggi. Beban untuk menghasilkan manusia yang unggul dari segala hal seakan semuanya jadi tanggung jawab sekolah. Banyak ditemukan kasus orang tua yang suka komplain sama sekolah atau guru gara-gara nilai anaknya turun, atau tentang kenakalan anak-anaknya. Semua salah guru ketika nilai anak tidak sesuai keinginan orang tua. Terus orang tua sendiri ngapain aja yah? Sudahkah memenuhi kewajibannya mendidik anak? Ngasih blackberry sama anak SD bukan cara yang bijak loh :)
Sepertinya mudah jadi seorang guru. Punya pengetahuan, bisa langsung ngajar. Well, menurut saya sih ga segampang itu. Guru yang baik adalah guru yang cakap. Cakap dari segi ilmu dan kepribadian. Kesehatan mental juga penting. Ya karena ada juga guru yang tega melakukan hal tak patut pada muridnya. Kekerasan,pelecehan, dsb. Sakit.
Guru yang baik adalah guru yang open minded, flexibel dan rigid sekaligus pada beberapa hal. Guru juga tentunya harus mau berbagi, mau mendengarkan tak hanya mau di dengarkan.
Namun pada beberapa hal saya pikir tidak semua pada diri seorang guru harus kita tiru. Gie pernah bilang "guru bukanlah dewa yang selalu benar, dan murid bukanlah kerbau yang bisa dibodohi".
Beribu hormat untuk para guru dimana pun berada. Salam super :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar